Review Perempuan Tanah Jahanam (2019)

Sebenarnya sudah jauh-jauh hari ingin menonton film ini tetapi selalu gagal dikarenakan kehabisan tiket bioskop. Barulah kemarin malam saya akhirnya mendapatkan tiket bioskop dan berhasil menonton film Perempuan Tanah Jahanam. Film ini yang saya perhatikan dari Twitter dan YouTube cukup ramai dibahas oleh para netizen yang budiman. Sudah pasti orang-orang menaruh harapan besar terhadap filim ini dikarenakan digarap oleh seorang sutradara film yang sedang naik daun yaitu Joko Anwar. Film Perempuan Tanah Jahanam ini diharapkan mampu untuk melanjutkan kesuksesan film Joko Anwar sebelumnya yaitu Pengabdi Setan yang terbilang sangat berhasil di dalam negeri dan juga luar negeri. Film Pengabdi Setan juga sukses memenangkan berbagai kategori festival film. Meski tidak ada keterkaitan antara film Pengabdi Setan dan film Perempuan Tanah Jahanam, tetapi pastilah ekspektasi penonton sangatlah tinggi pada film Perempuan Tanah Jahanam karya Joko Anwar ini.
Benar saja ketika masuk ke dalam bioskop, kursi dalam satu studio tempat saya menonton terisi penuh dan artinya pastilah suasana ketika menonton terasa ramai, terlebih lagi ini adalah film horror yang pastinya penuh dengan scene jumpscare. Ketika duduk dalam studio bioskop saya sembari menonton iklan, saya sangat berharap film ini tidak seperti film horror mainstream Indonesia yang isinya suster tertatih, pocong terbang, sekte tikus, atau apalah itu sesuai prinsip Joko Anwar yang tidak akan membuat film-film dengan jenis seperti itu. Oh iya saya menulis review film ini berusaha untuk tidak memberikan banyak spoiler hanya mungkin akan sangat minim spoiler.
Scene awal kita disodorkan dengan adegan di sebuah loket gerbang pintu tol yang ada adegan percakapan biasa sebenarnya dengan teman oleh Maya (Tara Basro) dan Dini (Marissa Anita). Maya dan Dini dua orang sahabat yang sama-sama bekerja menjadi penjaga loket pintu tol. Dari percakapan pertemanan yang biasa itu tiba-tiba suasana berubah menjadi mencekam. Jujur saya tidak pernah membayangkan jika pekerjaan menjadi petuga pintu loket tol itu menyeramkan terutama ketika malam hari. Setelah itu muncul scene tulisan introduction dengan suara musik jawa yang sangat keras dan menggelegar.

Meski tidak secara langsung diperlihatkan dalam film, akibat kejadian mencekam itu Maya dan Dini akhirnya memutuskan untuk berhenti menjadi petugas pintu tol. Kemudian selanjutnya mereka berdua memutuskan untuk menjadi penjual baju disebuah pasar. Maya yang bertugas keliling untuk menawarkan jualan pakaian secara kredit dan Dini stay di toko untuk melayani pembeli. Tetapi mereka mengeluh dikarenakan dagangan mereka sepi dan mereka mengalami masalah finansial. Kemudian Maya teringat mempunyai sebuah foto dirinya ketika bersama orangtua ketika masil kecil dan dilatar foto tersebut terlihat rumah yang sangat besar kemungkinan rumah orangtua Maya. Oh iya Maya sejak kecil itu dibesarkan oleh bibinya jadi tidak bergitu mengetahui asal usul orangtua kandungnya. Maya berharap bahwa rumah dilatar foto tersebut bisa menjadi jawaban atas krisis finansial mereka.
Kemudian Maya dan Dini pun pergi ke tempat dimana rumah itu berada dan mencoba mengetahui asal usul keluarga Maya yang sebenarnya. Diketahui bahwa rumah yang mereka cari berada di desa Arjosari yang merupakan desa yang sangat terpencil didalam hutan dan desa tersebut belum terjamah listrik. Setelah sampai dan telah menemukan rumah tersebut, mereka juga harus bertemu dengan Ki Saptadi (Ario Bayu) seorang dalang wayang yang sangat tersohor di desa itu untuk mengetahui asal usul keluarga Maya sesungguhnya.
Sebenarnya scene yang menampilkan suasana di desa ini terbilang cukup sukses dan membuat saya kagum bahwa ini seakan-akan suasana desa yang sesungguhnya ada di Indonesia. Keanehan-keanehan yang terjadi yang ada di desa Arjosari ini juga membuat penonton merasa ketakukan. Jumpscare film ini juga sulit untuk ditebak dan penonton dibuat untuk menebak sendiri dimana jumpscare sesungguhnya akan terjadi. Di film Perempuan Tanah Jahanam ini juga dapat dibanyagkan bagaimana jika kalian tinggal di sebuah desa terpencil yang jauh dari kota, tanpa listrik, tanpa teknologi, dan akses yang terbatas. Satu-satunya hiburan masyarak di desa itu hanyalah pertunjukan wayang dan jujur ketika adegan yang ada pertunjukan wayang di film ini saya merinding. Saya bangga Indonesia mempunyai budaya pertunjukan wayang yang dibawakan sangat apik di film ini.
Pemilihan cast Joko Anwar sepertinya sama saja dari film-film buatan dia sebelumnya, tetapi mungkin mereka inilah aktor dan aktris terbaik saat ini di Indonesia. Penampilan Tara Basro sebagai Maya sangat sukses disini terlihat dari perubahan bahasanya di kota dan di desa itu sangatlah jauh. Marissa Anita sebagai Dini juga sangat memberikan totalitas luarbiasa di film ini. Asmara Abigail yang di film-film lain mungkin terlihat glamor di film Perempuan Tanah Jahanam ini sangat sukses menjiwai perannya sebagai wanita desa yang amat sederhana. Christine Hakim yang cukup lama tidak terdengar namanya sangat apik dan luar biasa memerankan nenek-nenek yang tidak bisa diremehkan dan sekaligus ibu dari Ki Saptadi. Hanya saja yang kurang disini adalah penampilan Ario Bayu sebagai Ki Saptadi yang istilah anak muda can’t related dengan dengan orang desa dikarenakan terlalu ganteng pada film ini.

Untuk alur cerita dan adegan-adegan jumpscare sebetulnya cukup bagus, tetepi jujur yang saya perhatikan banyak kejadian atau scene yang tidak dijelaskan dalam film ini atau kedodoran dari penyajian ceritanya, dimana penonton sangat susah menangkap maksud dari kejadian-kejadian di film ini. Banyak adegan juga yang menurut saya bagus tetapi saya sangat sulit menemukan eksekusi cerita yang apik dalam film ini atau adegan itu percuma ditampilkan. Puncaknya pada adegan terakhir di film ini yang saya rasa percuma saja adegan ini dibuat, meskipun saya menyadari bahwa adengan terakhir di film ini sangat berhubungan dengan apa yang dikatakan Ratih di adegan sebelumnya. Saya sepanjang film sama sekali tidak merasa takut. Sebenarnya menurut saya gaya film ini sama dengan Annabelle Creation (2017), tetapi pada Perempuan Tanah Jahanam saya tidak menemukan aura yang membuat saya takut dan malah membuat saya tertawa.
Movie Score
Overall
-
Story - 6/10
6/10
-
Cast appearance - 8/10
8/10
-
Cinematography - 7/10
7/10
Summary
Film ini cocok ditonton bagi mereka yang jenuh dengan film horror asal-asalan dikarenakan Perempuan Tanah Jahanam tidak mainstream seperti film-film horror Indonesia pada umumnya.

Pemerhati kehidupan yang mempunyai hobi menonton film dan tv series. Kadang-kadang bermain mobile games. Seorang geek lite.